Yang membuat kaget dari kejadian ini adalah: skalanya yang lebih tinggi daripada gempa di Jogja, berpotensi tsunami, dan lagi, kenyataan bahwa setelah bertahun-tahun, kita, khususnya di cianjur, tidak pernah terkena gempa.
Yang menjadi menarik adalah, bahwa getaran besar yang bisa bikin roboh gedung-gedung itu, berhasil, (untuk sementara), membuat pecinta pesbuk, menulis dinding tentang hal itu: nggak suka lah, istigfarlah, dan semuanya....
Dan yang menjadikanku sedikit paranoid adalah, kenyataan bahwa gempa ini mengingatkanku akan isi buku “Kiamat 2012”-nya Lawrence E Joseph. Sebagai muslim yang (berusaha) taat, aku tak percaya kiamat akan terjadi pada tahun 2012. Masih banyak tanda kiamat yang belum terjadi, dan itu butuh waktu.
Tapi sebagai seorang manusia rasional, aku percaya bahwa kemungkinan Bumi mengalami (banyak) kehancuran di tahun itu, sangat besar. Sebenarnya, tidak hanya di tahun itu. Tahun ini pun kemungkinannya sangat besar. Hidup adalah ketidakpastian dan kemungkinan.
Dan, melihat Yellowstone mulai semakin panas dan semakin aktif, aku pikir, adalah wajar, jika kita waspada, jika kita berjaga-jaga, sadar bahwa suatu hari dia pasti meledak—yang ledakannnya diperkirakan akan setara dengan ledakan yang terjadi pada Danau Toba 65ribu tahun yang lalu. Efeknya? ¾ makhluk Bumi PUNAH!
Apa yang bisa kita pelajari dari sini?
Lihatlah, tipologi manusia zaman kita adalah kumpulan dari tipologi manusia pada zaman nabi Nuh yang diwakili oleh Kan’an (anak yang durhaka), tipologi manusia zaman nabi Luth (homoseksual), tipologi Kabil (membunuh saudara—perang saudara), tipologi manusia era firaun (sihir, santet), tipologi masa zahiliyyah (menyembah berhala—uang, dst....). Adalah wajar, ketika Tuhan menimpakan azab kepada umat yang durhaka, karena begitulah sunnah-Nya. Tapi karena kecintaan-Nya kepada nabi Muhammad, Allah sengaja mengulur waktu, memberi kesempatan begitu luas bagi manusia untuk bertobat, untuk kembali ke pangkuan-Nya. Dikutip dengan indah oleh Leo Tolstoy, “Tuhan Maha Tahu, tapi Dia Menunggu”.
Tapi apa lacur, jika orang-orang malah semakin jauh. Yang nggak puasa, berani terang-terangan makan di luar (bahkan bangga?), kehidupan cinta sudah dipenuhi seks bebas, perang saudara dimana-mana, hedonisme, sekularitas... alasan apa lagi yang hendak kita utarakan kepada-Nya, hanya demi Dia berkenan menangguhkan azab-Nya?
Bahwa, ya, memang masih banyak orang yang taat padanya. Bahwa, ya, memang masih banyak orang yang sadar dan patuh pada-Nya. Tapi apalah artinya itu semua, jika bukan kita yang ambil bagian di dalamnya? Karena, hanya dengan menjadi bagian dari semua itulah—manusia-manusia taat—kita—jika pun mati karena bencana di dunia—akan dihidupkan kembali dalam ridho dan cinta-Nya. Insya Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar