Pertama kali menyadari kekuatan alam bawah sadar dalam 'mengontrol' alam semesta, saya langsung kagum pada Rhonda Byrne yang telah menulis The Secret dan membuat filmnya juga. Seperti kata penulis chicken soup, yakini tujuan Anda, visualisasikan dalam pikiran Anda, dan bahkan kita tidak perlu mengetahui seluruh jalan atau cara untuk sampai ke sana. "Pesan" saja apa yang kita minta, dan alam semesta akan "memberikan jalannya".
Saya mencoba teknik itu, dan sepenuhnya yakin, bahwa hukum tarik-menarik ini memang ada. Kita bisa saja membayangkan untuk meraih "A", harus melalui "B", dan "C", sehingga saat semesta 'mengarahkan' kita ke "D" kita lantas frustasi. Padahal, bisa jadi "D" adalah jalan alternatif yang lebih cepat untuk sampai ke "A", sekali lagi asal kita yakin.
Saya membuktikannya.
Waktu itu, saya janjian dengan Sofi untuk nonton Laskar Pelangi. Saya memvisualisasikan event itu dalam benak saya, hingga seluruh sel dalam tubuh saya dapat merasakan perjalanan itu, serunya saat nanti ketemu Sofi di Bogor dan nonton Laskar Pelangi. Agar semuanya lancar, saya memastikan jam 8 harus sudah berangkat.
Tapi pukul 8, ada mobil kayu datang ke toko dimana saya bekerja. Dan sampai jam 11, saya tidak bisa izin keluar karena harus nunggu selesai bongkar kayu. Sekalipun kakak ipar saya adalah pemilik toko itu, tapi mindsetnya tetap layaknya seorang enterpreneur, saya dididik untuk mau mengorbankan waktu dan tenaga.
Saya kecewa, pada awalnya. Tapi saya berusaha mengubah mindset dan yakin bahwa mungkin ini adalah jalan lain yang lebih praktis dan cepat agar tujuan yang saya visualisasikan tercapai. Alhasil, jam 11 saya cabut. Dan begitu sampai di jalan-raya, bus-AC yang saya visualisasikan datang, dan perjalanan pun tak terhambat macet. Semuanya lancar, sampai pakaian Sofi yang 'matching' dengan pakaian saya. Kecuali satu hal memang, yaitu Sofi ketiduran sehingga saya harus nunggu sekitar setengah jam. Well, tak apalah. Toh saya memanfaatkan waktu tunggu itu untuk shalat.
Kemudian, saya bertemu dengan quantum ikhlas-nya Erbe Sentanu yang 'mengislamkan' The Secretnya Rhonda Byrne. Quantum ikhlas lebih sejalan dengan keimanan saya sebagai seorang muslim, dan CD Brainwavenya membantu saya untuk bisa lebih ikhlas, terutama ikhlas pada kondisi sekarang, dan yakin bahwa apa yang kita inginkan bisa terwujud.
Tapi, kemudian, saya terjebak menjadi passive-person. Dimana saya menunggu 'alam semesta' menyediakan jalan sehingga saya bisa berjalan. Saya tahu ini bukan ikhlas. Ikhlas adalah menerima kondisi, lalu berikhtiar dengan keyakinan teguh bahwa kita hanya berkuasa pada proses dan hasil Tuhanlah yang menentukan. Rupa-rupanya dalam poin tawakkal ini saya terjebak hingga tak bisa terlalu mengaplikasikan teori Erbe Sentanu. Saya masih 'takut' gagal meraih mimpi. Tawakkal saya tercemar.
Lalu saya bertemu Mas J dalam The Power of Kepepet. Inilah tamparan bagi saya untuk mengubah posisi menjadi proaktif person, seperti memang dimaui kedua buku yang saya bahas sebelumnya (the secret dan quantum ikhlas). Teknik atau action yang diajarkannya mengingatkan saya pada strategi Han Xin dalam memenangkan perang. Dimana mereka mundur ke sungai, agar mereka hanya memiliki dua peluang: mundur dan mati di makan buaya, atau maju dan berpeluang memenangkan perang.
Mereka maju dan menang!
The power of kepepet ini yang terkejawantah dalam semangat MERDEKA ATAU MATI... HIDUP MULIA ATAU MATI SYAHID... dan semangat perang bubutan. Bahwa sukses adalah harga mati, bahwa impian kita sudah disiapkan Allah, dan kita harus mengambilnya, bahwa tujuan adalah posisi aman kita, jika tidak ingin mati sebagai no body.
Ini menjadi suntikan semangat bagi saya untuk merintis kembali semuanya. Intuisi itu saya percayai betul, dan aksi adalah poin fundamental dari ide-ide yang meletup-letup dalam benak saya.
Pertama-tama saya harus siap kalah. Harus siap gagal.
Kedua, saya harus siap menang.
Ketiga, apapun hasilnya, yang penting prosesnya.
Lahaula... bismillahi tawakkaltu 'alalloh...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar