Selasa, 17 Maret 2009

Air

Hiduplah seperti air, kata Deddy Corbuzier dalam Mantra. Air selalu mampu menyesuaikan diri dengan wadah yang menampungnya tanpa harus mengubah identitas sejati dirinya.

Dan seperti kata Masaru Emoto, diri kita sebagian besar memang terdiri dari air, yang karenanya, rangsangan kita terhadap air, akan menentukan kualitas air yang kita masukan ke dalam tubuh—yang pada akhirnya akan mempengaruhi kondisi air dalam tubuh kita.

Apa maksudnya?

Air memiliki perasaan. Ia sensitive dan merekah seumpama kelopak bunga mawar saat ia mendapat rangsangan akan perasaan-perasaan positif semisal cinta, kasih sayang, terima kasih, rasa syukur, sehingga akan membuat kualitas air itu sangat bagus.

Tapi jika kita memberi rangsangan berupa perasaan-perasaan negative semisal benci, tidak tahu terimakasih, kau tidak berguna, dan lain sebagainya, air akan cenderung mengkerut, kristal airnya akan pecah, dan kualitas air pun jadi buruk.

Rasulullah pernah bersabda, bahwa air zamzam akan bereaksi sesuai dengan permintaan dan niat si peminum. Ini mengindikasikan bahwa zamzam—sebagai air paling bagus di seluruh dunia, setidaknya menurutku sendiri—merespon niat dan permintaan si peminum, begitupun jenis air yang lainnya.

Artinya?

Milikilah perasaan syukur, sebarkanlah cinta. Berikanlah rangsangan yang positif pada apapun yang kita makan dan minum. Bacalah basmallah. Bacalah hamdalah sesudahnya. Pancaran gelombang positif terhadap air dan makanan itu akan membuat air dan makanan itu berkualitas tinggi, sehingga akan mempengaruhi air dalam tubuh kita.

Jika air dalam tubuh kita memperlihatkan kristal yang bagus, maka insya Allah kualitas diri kita pun akan beranjak naik. Itu sebabnya, ajaran dalam banyak agama di dunia mengajarkan untuk berdoa sebelum makan, sebelum minum. Itulah sebabnya, perasaan syukur adalah salah satu poin penting dalam rahasia kesuksesan dan kebahagiaan—ditambah dengan sabar dan ikhlas.

Kita adalah air.

Jadi, hargailah air yang masuk ke dalam tubuh kita. Berikanlah cinta, kasih sayang, ungkapan syukur, karena dengan begitu, kamu sedang memberi diri kamu sendiri dengan keberlimpahan perasaan cinta, kasih sayang, dan ungkapan syukur tersebut. Orang yang memiliki lebih dari cukup cinta untuk dirinya sendiri, akan mampu menjadi rahmatan lil alamin. Orang yang memberi cinta tanpa pamrih.

Kita adalah air.

Betapapun adanya kita, jadilah diri yang fleksibel sesuai ‘wadah yang menampung’. Tapi tetaplah menjadi diri yang utuh, menjadi siapa dirimu sebenarnya. Karena, itulah inti makna menjadi sebutir air… yang jernih dan segar. Yang kemudian memberikan kesegaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar