Selasa, 17 Maret 2009

Dreams

Mimpi.

Kejarlah dan tangkaplah: suatu senja sehabis terik yang menyengat, suatu pagi sehabis gelap yang membutakan.

Apa bedanya sang pemimpi dan yang bukan?

Sang pemimpi memiliki gairah dan semangat hidup. Ia punya visi. Ia mendayagunakan kemampuan akal dan pikiran. Ia memanfaatkan kedahsyatan kekuatan cinta dan keberpasrahan total pada Tuhan.

Ia meletakkan takdir dan nasib sebagai sesuatu yang masih bisa diubah—lagipula, kita tidak tahu mana takdir yang sudah tidak bisa lagi diubah (qadla mubram), jadi anggap saja semuanya masih bisa diubah—sehingga ia akan tergerak untuk melangkah, tergerak untuk berlari, karena ia tahu, selain ia sedang memuaskan hasratnya sendiri, ia juga sedang melaksanakan titah Tuhannya.

Sang pemimpi tahu kemana ia berjalan. Tahu kenapa dan dimana harus berhenti sejenak. Jikapun ia pernah tersesat, ia akan berusaha mencari jalan lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Bagi mereka yang tak gandrung akan mimpi. Gairah dan semangat hidup hanya sebatas memenuhi hidup saat ini. Ia tak berani melihat lebih jauh, karena ketakutan mendominasinya, berteriak dengan lantang di telinganya bahwa ia tidak akan pernah bisa.

Lalu, ia menerima nasib sebagai sesuatu yang sudah tidak bisa lagi diubah. Ia lupa, bahwa suatu kaum tidak akan diubah nasibnya oleh Tuhan, jika kaum itu tidak mengubah dirinya sendiri. Ia tidak sadar bahwa opsi dalam hidup lebih dari opsi yang diberikan soal pilihan berganda dalam ujian sewaktu sekolah.

Ia tidak tahu kemana harus melangkah. Ia hanya tahu bahwa suatu saat ia akan mati. Itu saja. Tak peduli ia mati sebagai apa. Ia sering berjalan di tempat, atau duduk memandangi oranglain meraih apa yang diinginkan, lantas mencibirnya, lantas mencercanya. Apa ia pernah tersesat? Tergantung. Apakah ia pernah melangkah, ataukah tidak pernah. Hanya orang yang pernah melangkah yang tahu rasanya tersesat. Orang yang diam, tidak akan ke mana-mana.

Mari bermimpi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar