Sabtu, 02 Oktober 2010

...Bahwa Kita Manusia

Kembali ke teori awal kita tentang masalah terjadi ketika ekspektasi atau harapan kita tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi, ada satu poin penting yang mesti digarisbawahi, terlebih oleh orang-orang yang perfeksionis.
Kamu mungkin punya target menjadi juara umum tiap tahun, menjadi pencetak gol terbanyak di ajang turnamen basket atau futsal, menjadi ketua OSIS yang sukses dalam setiap programnya, menjadi seorang bintang kelas, dan lain sebagainya, tapi ketika semua targetmu itu tidak tercapai, kamu harus rela mengakui bahwa kamu hanyalah manusia. Makhluk sempurna yang berusaha mencari kesempurnaan di luar dirinya yang malah membuatnya merasa serba tak sempurna.
Seorang adik kelasku pernah mengirimiku sms dan bertanya bagaimana caranya menghadapi rasa malu. Ketika membaca sms itu aku langsung saja teringat pada pengalaman memalukanku dan yang membuatku merasa buruk dan ah, intinya, membuatku berharap semua orang yang melihatku pada saat itu tiba-tiba saja terkena wabah amnesia yang akut, seperti yang terjadi dalam sinetron.
Tapi ketika aku berpikir lagi, ketika aku berusaha menerima kenyataan tingkahku yang memalukan itu, aku menemukan sebuah kenyataan bahwa kadang atau bahkan seringkali, kejadian memalukan ini diperlukan untuk melatih kita menjadi dewasa. Untuk kembali menyadarkan kita bahwa kita adalah manusia biasa yang bisa saja melakukan salah dan melakukan tindakan yang bodoh. Bahwa Tom Cruise sekalipun bisa terjatuh karena menginjak tali sepatunya. Bahwa adegan-adegan serba sempurna yang ‘tanpa cacat’ hanya ada dalam film-film, bukan di kehidupan nyata.
Hal-hal yang memalukan itu bisa melatih kita untuk menjadi lebih dewasa. Untuk menerima bahwa kita adalah manusia yang bisa gagal dan bisa sukses. Aku tahu masalah adik kelasku itu adalah rasa malunya karena tidak memenangkan salah satu perlombaan di sekolah. Maka, aku mengatakan kepadanya persis seperti apa yang telah kujelaskan kepadamu di paragraf sebelumnya, yang tentu saja dipersingkat demi kepentingan sms—terima bahwa kita hanyalah manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar