Sabtu, 02 Oktober 2010

Equilibrium

Segala macam hal di dunia, menurut analisa asal-asalanku, selalu bergerak ke titik equlibrium—ke titik keseimbangan. Itulah sebabnya selalu ada tokoh jahat dalam sebuah novel, karena keutuhan cerita si tokoh protagonis tidak akan mencapai titik keseimbangan tanpa kehadirannya. Itulah sebabnya The Dark Knight cenderung untuk tidak (mau) membunuh Joker, begitupun sebaliknya. Itulah sebabnya kenapa kejahatan tidak pernah bisa hilang dimuka bumi, karena jika kejahatan hilang, maka kebaikan itu sendiri akan berjalan ke dalam kejahatan, demi menjaga keseimbangan.
Itulah sebabnya, seperti dalam teori permintaan-penawaran, ketika permintaan naik, maka harga pun ikut naik, demi menyeimbangkan kembali kurva permintaan dan penawaran tersebut. Hal ini berlaku alamiah, otomatis. Demi menjaga titik keseimbangan!
Karena itu, jika suatu saat kamu merasa bête, merasa kesel, bahkan tanpa alasan atau sebab yang jelas sekalipun, ingatlah itu sebagai satu titik dimana kamu mulai masuk ke titik ‘masalah’ agar hidup kamu ‘seimbang’.
Life is a roller coaster, kawan.
Berputar, selalu berputar.
Biasanya, anak-anak muda, memimpikan hidup yang sempurna seperti ini: muda, kaya, terkenal. Berpikir dengan memiliki ketiga komponen itu, maka hidup mereka akan nyaman, akan bahagia. Tapi survey membuktikan, ketiga komponen itu tidak menjanjikan kebahagiaan hakiki. Berapa banyak artis Korea yang muda, kaya, dan terkenal, harus mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri? Siapa yang tak kenal Kurt Cobain, dan kenapa ia memutuskan mengakhiri hidupnya seperti itu?
Ketika ‘kesempurnaan’ yang dibentuk oleh ketiga komponen itu tercipta, lama-kelamaan, ‘kesempurnaan’ itu akan bergerak ke titik transisi, di mana masalah akan muncul, demi menjaga keseimbangan dalam hidup kamu. Dan itu sebabnya, kita memang selalu layak untuk bersyukur—dalam kondisi apapun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar