Kebalikan dari orang yang terlalu mengumbar masalahnya, sampai-sampai orang yang tidak dikenal pun tahu, adalah orang-orang introvert. Orang-orang yang tertutup dan menyimpan sendiri masalahnya.
Ia lebih senang terlihat tegar dan (seolah) tak punya masalah. Bisa jadi ia memang benar-benar tegar, tapi bisa juga ia pura-pura tegar, mencoba lari dari masalah yang malah membuat masalahnya menjadi bertambah banyak.
Orang-orang yang menyimpan sendiri masalahnya, kekesalan hatinya, kedongkolannya tanpa ada saluran ‘pembuangan’ yang tepat, akan tampak seperti air yang tersumbat: air terus mengalir ke bak itu, namun karena tidak ada saluran pembuangan, lama-kelamaan, ketika volume bak tidak mampu lagi menampung volume air, air itu akan meluap dan tumpah. (Terbuang dengan sia-sia.)
Karena airnya tersumbat, maka ketika satu-persatu kotoran masuk ke sana, jentik nyamuk berkembang biak di sana, air akan berubah menjadi kotor dan tidak sehat.
Apa kamu pernah dengar ada kasus pembunuhan, misalnya, yang dilakukan oleh orang-orang yang ‘dikenal sangat baik dan saleh’? Apa kamu pernah mendengar bahwa kemarahan orang pendiam seringkali lebih berbahaya daripada kemarahan orang yang pemarah? Nah, begitulah….
Ketika seseorang menyimpan sendiri masalahnya, maka:
1. Pada suatu titik ketika masalahnya bertambah banyak, ia akan meledak seperti gunung merapi yang melelehkan pohon-pohon di sepanjang lerengnya, membuat sungai lahar yang panas. Tentu saja, kemarahannya akan langsung berupa ledakan yang sangat dahsyat, karena ini merupakan akumulasi dari kekesalan-kekesalannya yang bergumpal dalam dadanya (air yang tumpah dan meluap).
2. Hal ini juga akan menganggu fungsi kerja organ tubuhnya, terutama jantung. Karena masalah membuatnya stres, maka kerja jantung dalam mensuplai darah ke seluruh tubuh dan ke otak jadi tidak optimal. Akibatnya, orang tersebut rentan terkena penyakit (air jadi kotor).
Kadang-kadang kemarahannya pun tidak terkontrol dan bisa kepada siapa saja, bahkan orang yang tidak berdosa sekalipun. Akibatnya adalah kita telah menyakiti orang yang tidak bersalah yang bisa berpotensi pada terputusnya hubungan pertemanan dan persahabatan, bisa memperburuk silaturahmi.
Apa yang kamu rasakan jika tiba-tiba saja temanmu marah kepadamu tanpa alasan yang jelas? Apa yang kamu rasakan jika orangtuamu memarahimu hanya karena mereka stres terhadap rekan kerja mereka? Terhadap pekerjaan mereka?
Sakit bukan? Itulah kawan, itulah yang aku maksudkan!
Orang yang terbiasa menyimpan sendiri masalahnya tanpa ada usaha untuk menyalurkannya ke saluran yang tepat, sebenarnya sedang merusak dirinya sendiri, tanpa ia sadari. Karena, seringkali efek dari suatu masalah, mengendap dalam otak bawah sadar yang bisa menciptakan suatu trauma, suatu ketegangan psikis, yang bisa berakibat buruk terhadap masa depan orang tersebut.
Karena itulah, terlebih jika kamu termasuk orang yang pendiam dan suka menyimpan sendiri masalahmu, aku menyarankan untuk banyak-banyak menulis. Bersyukurlah kalian yang suka menulis diary, yang suka menulis catatan harian. Karena, walaupun sebagian orang meremehkan kegiatan ini, tapi survei membuktikan bahwa para ilmuwan, para penulis terkenal, para pemikir, para orang-orang besar, selalu menuliskan buah pikiran mereka, selalu menuliskan pencerahan yang mereka dapatkan, selalu menuliskan kegiatan keseharian mereka.
Soe Hok Gie, tahukah kau, yang kisah hidupnya diangkat ke layar lebar dan diperankan oleh Nicholas Saputra, adalah salah seorang pemikir dan pejuang Indonesia yang jenius. Seorang idealis yang kukuh memegang prinsip. Kita tentu tidak akan membahas kenyataan bahwa sebagian pemikirannya mungkin tidak sesuai dengan prinsip yang kita anut, tidak sesuai dengan pemahaman kita, karena manusiawi jika seseorang salah atau memiliki prinsip hidup dan paradigma yang berbeda dengan kita.
Yang ingin aku tekankan adalah, dia juga menuliskan kisah hidupnya dalam catatan hariannya. Dalam diary-nya. Dan, surprise, menulis ternyata bisa membuat kita awet muda, bisa membantu kita menyelesaikan masalah kita. Kenapa? Karena, paling tidak, dengan menulis, kita menyalurkan rasa kalut dan kesal akibat masalah yang kita hadapi. Lewat menulis kita juga dilatih untuk menghadapi rasa takut, kesal, dan masalah kita.
Penelitian membuktikan, orang yang menuliskan masalahnya, bahkan masalah yang terberat sekalipun, cenderung memiliki daya tahan yang lebih terhadap permasalahan.
Menurut Dr. Pennebacker, orang-orang yang menuliskan pikiran dan perasaan terdalam mereka tentang pengalaman traumatis menunjukkan peningkatan fungsi kekebalan tubuh dibandingkan dengan orang-orang yang menuliskan masalah-masalah remeh-temeh.
Kenapa? Karena ketika menulis, kita melepaskan emosi kita. Membuat suasana hati kita lebih baik, pandangan kita lebih positif, dan kesehatan fisik kita membaik.
Bukankah suasana hati yang buruk, gangguan-gangguan psikologis, sering menganggu kerja jantung dan sistem peredaran darah dan yang membuat banyak fungsi organ tubuh terganggu, sehingga membuat kita rentan terkena penyakit?
Menulis menjernihkan pikiran, membantu mendapatkan dan mengingat informasi yang baru, membantu menyelesaikan masalah. Dan seterusnya, kawan, dan seterusnya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar